Minggu, 28 November 2010

Sajian Bubur Plus Bebek, Citarasa Khas Menggoyang Lidah

Bali - Sajian bubur plus bebek dan ayam panggang di resto yang buka 24 jam ini memang bikin ketagihan. Kesemuanya diracik gaya Hong Kong dengan citarasa yang khas menggoyang lidah. Tak heran kalau pengunjung pun rela mengantri untuk menikmati kelezatannya!

Memang tak sulit mencari restoran di jalan raya Kuta, Bali ini. Di sepanjang jalan tersebut berderet-deret aneka resto dan warung dengan warna-warni lampu neon di kala malam. Diantara sekian banyak restoran yang ada Warung Laota merupakan salah satu tempat bersantap yang tak pernah sepi pengunjung.

Meskipun disebut 'warung' namun tampilannya lebih mirip sebuah resto sederhana. Di bagian depan para tamu yang datang sudah digoda oleh aroma harum racikan bubur, bebek panggang dan ayam panggang yang sedang diracik oleh para juru masak. Di bagian depan ada pula deretan akuarium kecil tempat menaruh aneka seafood hidup seperti ikan, kepiting, dan udang.

Resto dibuat memanjang dengan sebuah celah yang melebar ke kanan. Kursi-kursi dan meja ditata sederhana merapat ke dinding dengan para pelayan yang hilir mudik. Sementara di bagian depan sudah berderet orang menanti bubur yang dipesan take away! Saya dan teman-teman pun segera mengambil tempat di salah satu sudut.

Ada sekitar 16 macam bubur yang ditawarkan mulai dari bubur polos, bubur seafood, bubur ikan, bubur scallop dan lain-lain. Jika tak suka bubur bisa memilih nasi yang dipadukan dengan aneka lauk-pauk seperti aneka masakan kukus, tumisan, gorengan, sup, dan sayuran. Rata-rata menunya berupa seafood seperti ikan, kepiting, udang, dan cumi-cumi.

Pilihan kami jatuh pada bubur pelangi yang merupakan salah satu menu andalan Warung Laota. Selain itu favorit pengunjung lainnya adalah bebek panggang dan ayam panggang. Karena itu kami pun ikut memesan 1/2 porsi ayam panggang sebagai pelengkap menikmati bubur a la Hong Kong tersebut.

Berhubung antrian pengunjung yang membawa pulang makanan cukup banyak di luar sana, kami pun harus sabar menunggu pesanan tiba. Kurang lebih sekitar 20 menit akhirnya bubur yang mengepul panas tersaji di hadapan. Wah, benar kata teman saya porsi bubur memang cukup besar, sehingga bubur bisa dinikmati untuk 2-3 orang.

Bubur disajikan dalam mangkok putih yang besar. Rupanya disebut 'pelangi' karena isinya ada 7 rupa : fillet kerapu, irisan udang, cumi-cumi, sapi cincang, daging kepiting, telur pitan, dan lettuce. Bubur a la Hong Kong ini teksturnya nasinya tidak terlalu kental dengan pendamping berupan kecap asin yang diberi serutan jahe, daun bawang, dan irisan cabai rawit.

Rasanya gurih-gurih lembut saat menyentuh lidah dengan sensasi aroma harum gurih yang menambah nafsu makan. Irisan kecil aneka seafood segar (ikan, udang, cumi dan kepiting) dan tekstur kenyal telur pitan menjadi kejutan yang menyenangkan dalam setiap suapan bubur ini. Ditambah percikan kecap asin dengan aroma jahe dan rasa pedas asin menjadikannya kaya rasa.

Saat asyik menikmati bubur ayam panggang datang dengan cocolan khas berupa jahe yang digerus dan irisan daun bawang yang disiram minyak. Ayamnya tampil menggiurkan sedikit mengkilap dan diiris-iris kecil. Berbeda dengan ayam panggang lainnya yang pernah saya makan yang satu ini memang istimewa.

Bagian luar kulit ayam garing crispy, karena setelah dipanggang ayam disiram dengan minyak panas sehingga bagian luarnya lebih krenyes dan mengkilap. Sedikit lapisan lemak di bagian kulit membuatnya rasanya lebih lezat dengan tekstur daging ayam yang lembap gurih. Wah kami pun langsung lahap menyantapnya!

Pilihan kami tak salah rupanya. Bubur aneka seafoodnya gurih segar dan ayam panggangnya garing renyah dan empuk. Paduan yang sangat cocok. Apalagi setelah ayam panggang dicocol saus jahe yang wangi. Hmm... hasilnya, semua pesanan licin tandas!

Untuk seporsi bubur pelangi dihargai Rp 30.000,00 dan Rp 48.800,00 untuk 1/2 porsi ayam. Untuk 1/2 porsi ayam panggang ini cukup dinikmati untuk 3 orang. Sedangkan jika memesan 1 ekor ayam panggang istimewa tersebut dihargai lebih murah Rp 98.000,00. Pastinya lain kali kami akan kembali, terutama untuk menikmati bebek panggang yang belum sempat kami cicipi!

Warung Laota
Jl. Raya Kuta No.530, Tuban
Bali



* madingkita
Lihat juga : table8, sushi tei, tamani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar