Anda bosan dengan menu makanan yang biasa? Cobalah sesekali mengonsumsi hidangan yang “luar biasa”. Masakan Timur Tengah, misalnya, kerap dikenal sebagai menu “berat” karena, selain bahan bakunya berupa daging hewan, bumbu-bumbu yang digunakan pun cukup beragam. Maklum saja, ragam makanan Timur Tengah kaya akan rempahrempah. Sama halnya dengan hidangan di dunia Barat, menu Timur Tengah pun mengenal hidangan pembuka, utama, dan makanan penutup dengan segala kelengkapan penyajiannya.
Biasanya, masyarakat Timur Tengah mengawali ritual makan dengan mengonsumi hidangan pembuka dingin, seperti salad atau pembuka panas berupa sup. Ada berbagai macam salad atau biasa disebut juga dengan salatat, di antaranya salatat bunidoora (salad tomat), salatat bus (salad timun), dan salatat patata (salad kentang) dengan guyuran saus laban (yoghurt tawar).
Apabila dibandingkan dengan salad versi Barat, salad ala Padang Pasir terbilang lebih sederhana. Biasanya sayuran yang diracik untuk salad ialah okra, ketimun, kentang, tomat, dan brokoli. Intan Al Attas, pemilik Shahrazad Resto and Cafe yang menyajikan hidangan khas Timur Tengah, mengatakan menu Timur Tengah jarang menggunakan sayuran. Kalaupun ada sup, biasanya berbentuk sup krim.
Contohnya, homous, salah satu menu pembuka yang ditawarkan di Shahrazad Resto and Cafe. Hidangan yang sering disebut humus itu merupakan makanan khas daerah Arab, khususnya Lebanon. Humus terdiri dari campuran chick peas yang sudah direbus hingga lunak lalu diblender dan ditambahkan tahina lemon jus, wijen pasta, minyak zaitun, dan garam.
Sebagai penambah rasa, ada campuran bawang putih yang sudah dihaluskan. Meski ragam menu Timur Tengah minim sayurmayur, tidak demikian halnya dengan bumbu. Menurut Intan, kekayaan bumbu serta rempahrempah hidangan Arab sangat terlihat pada makanan utama. Sebagai contoh hidangan nasi. Orang Timur Tengah mengenal berbagai jenis sajian nasi, tidak hanya nasi kebuli seperti yang telah dikenal masyarakat selama ini.
Di restorannya, Intan mencoba memperkenalkan empat jenis nasi kepada pencinta kuliner Indonesia, yakni nasi kebuli, nasi mandy, nasi kabsah, dan nasi biriani. Perbedaan keempat jenis nasi itu, ujar Intan, terletak pada campuran bumbu serta efek rempah-rempah yang tentu saja sangat menonjol ketika lidah pertama kali menyentuhnya. Nasi kebuli, misalnya, aroma khas kapulaganya terasa lebih menonjol.
Sajian nasi lainnya ialah nasi biriani yang berwarna agak kuning dan menawarkan rasa sedikit pedas dan aroma kunyit. “Rasa pedas hasil kombinasi antara cabai dan lada, tetapi lebih berat ke cita rasa lada karena orang Arab tidak begitu berminat pada cabaicabaian,” ujar Intan. Lebih lanjut, perempuan blasteran Tegal, Aceh, dan Yaman itu mengatakan ada juga nasi mandy yang berwarna putih kekuning-kuningan.
Sementara nasi kabsah berwarna kemerah-merahan sebab dimasak dengan tomat. Kesemua nasi itu disajikan di dalam wadah besar dengan sejumlah lauk, baik ayam maupun kambing, yang sengaja ditelung kupkan di atas nasi. Intan menambahkan, khusus untuk keempat sajian nasi tersebut, restorannya tidak menggunakan beras lokal sebagai bahan bakunya.
Secara khusus, beras yang digunakan ialah beras abukas yang merupakan produk kualitas nomor satu di Timur Tengah. Bentuk beras abukas lebih panjang dari beras-beras Indonesia. Nasinya pun tidak menggumpal ketika matang. “Orang Timur Tengah sangat fanatik dengan beras abukas itu,” kata Intan yang pernah berprofesi sebagai perancang busana.
Walaupun beragam hidangan nasi tersebut cukup sedap disantap tanpa lauk, sesuai tradisi kuliner Timur Tengah, tidak bisa dilewatkan lauk utama sebagai pelengkap hidangan. Tentu saja hidangan utama itu merupakan olahan serbadaging, mulai dari daging ayam, sapi, kambing, hingga unta. Salah satu hidangan utama favorit yang disajikan di Shahrazad Resto and Cafe yang berada di Jalan KH Abdullah Syafei (Lapangan Ros Casablanca), nomor 76, Tebet, Jakarta Selatan, adalah menu bakaran.
Konsumen bisa memilih shis tawouk khusus ayam, shis kebab dari kambing, kufta kebab (sapi giling), atau lamb chops (iga kambing). Semua hidangan disajikan setelah dibumbui dan dibakar. Bumbu yang dicampurkan terasa ringan saat melekat di lidah, namun kuat menyempurnakan aroma bakar dari daging itu sendiri. Penetral Kolesterol Selain ragam daging bakar, lalapan berupa cabai hijau, potongan bawang bombay mentah, dan potongan jeruk lemon selalu berada di samping piring saji.
Bukan sekadar berfungsi sebagai lalapan, menu tambahan itu ternyata digunakan pula sebagai penetralisasi kolesterol yang banyak terkandung di dalam makanan Timur Tengah. “Karena itu, masyarakat Timur Tengah tetap sehat walaupun makanan mereka serbakolesterol. Mereka kerap mengutamakan upaya pencegahan penyakit ketimbang pengobatan,” tambah Intan. Selain makanan utama, masyarakat Timur Tengah mengenal ragam snack atau camilan.
Menurut Intan, camilan paling banyak diminati oleh pengunjung resto dari kalangan muda-mudi. Salah satu jenis camilan yang disukai ialah arayes, berbentuk arabic bread bulat dan pipih. Di tengahnya, diisi daging giling berbumbu. Ketika disajikan, roti bulat itu dipanggang dan dipotong empat bagian. “Jangan lupa dalam mengonsumsinya dicocol saus cabai dan tomat,” imbuh dia.
Camilan lainnya ialah falafel dan beef sambosa yang mirip dengan pastel berisi daging giling padat. Masyarakat Timur Tengah ternyata banyak pula yang menyukai makanan Barat seperti pizza dan steak. Menurut Intan, hal itu disebabkan masyarakat kalangan menengah Arab sering plesiran ke negara-negara barat, seperti Amerika Serikat (AS). Meski demikian, menu-menu western yang masuk ke Timur Tengah telah mengalami arabisasi.
Di resto Shahrazad, misalnya, pizza yang disajikan bertabur daging giling dengan rasa rempahrempah yang kuat. Ada pula pizza banana yang diolesi selai stroberi dan diletakkan pisang melintang di atasnya. Makanan itu tak kalah lezat untuk mengisi perut di antara waktu makan utama. Menu lain yang tidak kalah istimewanya ialah minuman teh sahi adeni.
Campuran teh dan susu segar yang serupa teh tarik itu direbus bersama rempahrempah. Minuman yang disajikan dengan poci khusus dari Maroko itu akan terasa lebih sedap ketika disantap selagi panas. Selain memanjakan lidah, minuman itu dapat menghangatkan tubuh.
* dhi.koran-jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar